Entah apa yang salah dengan
hari ini. Mataku terasa berat padahal ini baru jam 7 malam. Selepas aku
berihkan diri dari segala debu perjalanan pualng kerja, aku merebahkan diri.
Dan seketika terlelap
Tengah malam seolah ada yang
membangunkan. Mataku terjaga dan merasa tanganku masih menggenggam handphone.
Aku check jam di handphone tersebut, oh.. masih jam satu malam. Nampaknya aku
tidak bias lagi terlelap. Iseng, aku check pesan singkat blackberry-ku. Ada banyak pesan tak terbaca karena aku terlanjur tidur
tadi. Kubuka satu persatu isi pesan. Ada salah satu pesan yang membuatku bgegitu ingin melihat
foto si pemilik pesan. Dialah Dyka, lelaki yang beberapa hari ini masih
kuharapkan hatinya meski jelas-jelas
kami sudah putus.
Selintas kulihat foto profil
yang ia pajang, berbeda dari yang terakhir kulihat sore sebelumnya.teryata dia
memajang foto kebersamaannya dengan wanita yang digadang-gadang akan menjadi
istrinya. Jelas sekali terlihat itu dyka dan tia. Meski foto itu hanya terlihat
bagian belakang tubuh mereka. Memunggungi kamera. Ada raut bahagia di wajah dyka karena posisi kepalanya
menengok ke arah tia. Entah harus kusodorkan senyum atau kemarahan setelah
melihat gambar tersebut. Yang jelas setelah itu aku memilih untuk menutup
mataku, mencoba tidak peduli dan kembali melanjutkan tidur.
Tapi tidak.. sekilas aku
teringat kalimat yang ia ucapkan sehari sebelumnya saat aku menelponnya. Ia
berkata, “aku menganggapnya adik, tidak lebih..” tapi sekiranya apa ayng ia
ucapkan patut ku pertanyakan kembali kesungguhannya. Karena jelas sekali garis
senyumnya pada tia di foto itu. Mereka bahagia…
Harusnya aku turut bahagia di
tengah malam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar