Rabu, 29 Juni 2016

Suara lirih ini berasal dari keheningan hati
Diam2 dalam doa ku berharap mimpi hanyalah mimpi.. namun tidak pagi itu.
Seperti kabut merasuk, aku pincang setelah ia pergi.
Doa menjadi mimpi.. mimpi menjadi pasti
Dan aku benci
Seperti awan yang lama2 mengasap kemudian punah. Lantas datang baru, berwarna putih atau justru awan hitam badai.
Ku pasrahkan saja. Ia sudah pasti pergi dan aku tak menahannya, tak perlu. Karena itu arti mimpiku.
Pada mimpi setelah istikharah...
Disana ia diam disisi kanan saat kaki ini menemukan simpang jalan. Hanya menoleh tanpa kata. Tak pula bersuara. Tak memintaku tetap tinggal, tak pula ia menghampiri atau sekedar memberi arah jalan pasti..

Dan aku benci


Sabtu, 25 Juni 2016

Ya Allah.. tetapkan aku dijalanMu
Sungguh langkahku adalah penuh kenistaan. Apa yang tubuh ini lakukan, apa yang hati ini pernah rasakan, apa yg otak ini pernah fikirkan adalah hal2 yang lebih banyak mudharat-nya. 

Kutunduk pada kuasa-Mu. Dalam surah An-Naba, betapa jelas balasan kepada mahluk sepertiku. Mahluk bodoh yang bangga pada dosa. Ampun ya Allah ... mohon ampunanmu.

Surah An-naba (22-23)
"Inna jajannama kaanat mir shaadaa"
Sungguh (neraka) jahanam itu sebagai tempat mengintai (bagi penjaga yang mengawasi isi neraka)

"Lithathaaghiina ma-aabaa"
Menjadi tempat kembali bagi orang2 yang melampaui batas

"Laabitsiina fiihaa ahqaabaa"
Mereka tinggal disana dalam masa yang lama

........
Jatuh air mataku
Aku sudah melampaui batasku
Dan kau masih memberiku nikmat luar biasa. 
Aku hina.. sehina-hinanya. 


Berikan aku kesempatan menjadi pribadi yang lebih baik

Aamii 

Sabtu, 18 Juni 2016

Bukan tanpa alasan
Rasanya sudah saatnya melibatkan Tuhan
Karena selama ini saya yang menentukan
Berjalan jauh tanpa ada tujuan

Tapi..

Tuhan.. apalagi yang harus kujaga kini?
Semua yang kupunya sudah tak ada
Aku tak berarti apa2
Memantaskan diri padahal nilaiku sudah NOL

Lantas selanjutnya apa?

...

Selasa, 07 Juni 2016

Aku sudah berjalan sangat jauh
Bukan bahkan ini bukan berjalan
Ini pelarian yang melelahkan
Kututup matahati
Kututup telinga kanan kiri
Agar semua nampak benar, tak peduli bahkan ibu sudah mewanti2.

Aku lelah berpura2 benar
Aku ingin pulang, sekarang
Dengan kata lain siapa berani menghentikankku selain aku

Desir suara nyaring itu mengiring hati kecil. Suara Tuhanku...

Aku benci melihat aku
Bahkan lebih benci saat bercermin