Sabtu, 22 November 2014

Monolog Malam

Cinta itu lucu ya..
dia menjemputku dengan logat khasnya
manis sekali sikapnya
memberiku pandangan bahwa cinta adalah
jalan paling indah dan membahagiakan
Dia jatuh dan memaksa tanganku untuk menangkapnya
tanpa memberitahuku.. kenapa aku harus melakukan itu
waktu itu aku tidak hanya menangkapnya
tapi juga sembari menggenggam, setengah memeluk
aku ragu memeluknya kuat2.
khawatir ia membawa pisau lalu sewaktu2 menusuk dadaku

Tapi cinta tetaplah cinta
dia berhasil membawaku ke jalan yang tadinya mau kulupakan
mengarahkanku pada sudut, dimana kulihat ada banyak tawa
tanpa ragu, seketika aku yakin padanya.
Ku dekap ia, tak ingin ku lepas karena percaya
ia tak akan tega menyakitiku sekecil apapun.
Matanya menerbangkan nyawa2 bahagia untukku
aku lupa bagaimana dulu aku pernah jatuh
lengannya kuat2 memeluk, membalas pelukku lebih keras
senyumnya memberi arti pijakan kakiku di dunia
karenanya, aku ingin hidup sepanjang bumi ini masih ada..
selama ia tetap disisiku..

Tanpa perjanjian apa2
kita terbang kesana kemari
bak kupu2 yang meretas sayap kecil buatan Tuhan
hinggap di tiap2 bunga dan menghisap sarinya
ada kalanya lebah mengejar kita
ada pula saat kita saling berteduh karena gangguan hujan
ada waktu dimana kita riang berkejaran di bawah mentari
kita lewati semua dengan apik
saling menggenggam, berpeluk, dan sekali waktu saling mengecup
Jika ada orang kaya yang menawarkan kebahagiaan lain
akan kujawab.. tidak.. aku ingin tetap bersamanya..

Ssst...
keindahan itu seketika layu
cinta tidak pernah mengatakan bahwa jalannya selalu indah
namun cinta juga tak pernah bilang bahwa jalannya akan sesulit ini. Sulit untuk mempertahankan pilihan, sulit tetap memeluk walau pisaunya sudah mengenai rusuk
tidak... cinta hanya menceritakan hal2 indahnya saja
pelan2, area jatungku berdarah. Pisaunya semakin tajam menusuk
sungguh sakit bukan kepalang.
Masalahnya kini, aku masih memiliki sayap namun angin tidak berhembus. Percuma aku tetap terbang bila aku akan tetap jatuh. Maka yang kulakukan adalah kukatupkan sayap, kukuatkan kuda2 kaki.
Aku hanya ingin diam. Menunggu saat dimana angin kembali mengepakkan sayapku.
Menunggu cinta meyakinkanku lagi tentang bisikan2 indahnya.
Apa dia lupa, bagaimana dulu ia dengungkan berkali2 bahwa cinta itu indah?

Sayapku masih menggantung di punggung
warnanya tidak lagi putih. Berubah menjadi kemerahan akibat darah yang mengalir saat cinta menusuk pisaunya.
sayapku tak kubiarkan kulepas
aku masih yakin cinta akan kembali
Walaupun bukan cinta yang sama yang pernah ada.
meskipun bukan pria yang sama yang pernah diperjuangkan
optimis itu masih nampak di gurat otot sayapku
kini cinta itu perlahan kulepas..
sepertinya dia pun telah letih sekian lama berada disana (pelukku)
lalu kukatakan padanya..
pergilah, kamu berhak bahagia
jangan tengok aku
aku akan baik2 saja disini
semua telah kita lalui bersama dan itu sangat indah
andai keindahan itu dapat kujelaskan..

Sambil menyeka air mata
pelangi tak lagi kulihat sama
hujan tidak mengalirkan rindu lagi
semua seperti situasi dimana cinta tidak pernah datang.. datar
raut wajahkupun bercerita jelas
yang ada hanya ingatanku yang bercumbu dengan cerita lalu
lagi2 cinta pergi seenaknya..
datang sesuka hatinya..
lalu aku bisa apa? Aku hanya ciptaan Tuhan
yang diberikan kemampuan bersabar dan ditugaskan menjadi manusia baik (dan berbuat baik)
sudah kulaksanakan itu semua agar cinta berdamai dengan pahit takdir-Nya.
cinta yang awalnya membara memberiku energi
kini mati dimakan takdir
dia mati ...
cintaku tidak bisa melawan takdir kuasa-Nya
oh ... sungguh tega kau pergi!

tidakkah kau inngin menaruh pesan lain pada daun yang gugur?
siapa tau  pesanmu bisa menguatkanku
membuatku jinak pada hati2 yang kelask bisa saja datang lagi
seperti cintamu yang menawarkan keindahan namun juga kandas melawan waktu
pesan, misalnya saja, percayalah kau patut diperjuangkan
tapi tidak..
kau kan sudah mati, mana mungkin bisa menulis kalimat2 itu

Aah cinta..
sedang apa kau kini disana?
tidakkah ini berakhir begitu saja?
sial...
kalau iya.. aku tertipu cintamu...
Ini bukan soal berapa banyak uang yang sudah dikeluarkan. Ini soal bagaimana seseorang  menyikapi pasangannya yang sedang tidak tenang dan rapuh.

1. Sore ini kamu bilang mauku terlalu banyak
Aku perlu menjawab ini. Sebarapa banyak keinginan yang kusebut dan yang berhasil kau wujudkan? Kalaupun kusebut apa yang kuinginkan, aku tidak pernah sekalipun bilang, "kamu harus beliin aku ini. Nanti kamu harus begitu, kamu wajib nurut.. bla.. bla..".
aku selalu tau takaran kemauanku. Aku tidak pernah ingin kemauanku memberatkanmu. Untuk itu semua yang kuinginkan, kuusahakan sendiri. Karena aku tau, kamu akan sulit mewujudkan keinginan itu. Lagi pula, apa yang memberatkan? Pernahkah aku meminta dibelikan sepatu mahal? Pernahkah aku sungguh2 merongrong minta dibelikan tas mewah? Makan di resto? Atau segala kegiatan yang memaksamu mengeluarkan uang lebih?

Untuk nanti ketika kita (mungkin) menikah..
apa aku sungguh2 memintamu menikahiku di gedung, menyewa apartemen untuk malam pertama, bulan madu di pulau lombok dan sebagainya? Jika iya, semua kufikirkan sendiri.. aku aan membantumu untuk itu. Aku tidak tinggal diam membiarkanmu berjuang sendiri. Bahkan aku ingin membuatnya sebagai kado pernikahan untukmu. Berlibur bersama mu, pasca menikah, dengan uang hasil keringatku..

Untuk masa depan, setelah kita (mungkin) menikah..
apa aku sungguh memintamu membelikan rumah mewah, mobil, perabotan mahal. Aku hanya memintamu serius membelikan kita tempat tinggal. Tidak perlu mewah, dulu juga orang tuaku tinggal di rumah sederhana. Semua harus dari nol.. aku tau.. setelah menikah, bukan semerta2 langsung punya hidup mewah, enak, harta sana sini. Justru itu saat2 sulit dimana kita harus bijak dan mandiri lepas dari orang tua. Itu sebabnya aku akan ttap berkerja. Membantumu kelak. Tidak membiarkanmu lelah sendiri menafkahiku.


2. Kamu bilang, kamu sulit mengikutiku atau setara denganku
aku tidak memintamu untuk setara denganku. Kamu juga tidak perlu mengikuti semua mauku. Asal kamu tau, dengan kamu bisa berdiri sendiri di kakimu, tanpa bantuanku, itulah hal yang paling aku tunggu. Setiap bulan, aku tidak berharap kamu membelikanku ini itu. Sudah.. simpan sendiri, untukmu, untuk ibumu. Ibumu jauh lebih butuh itu.
Tidak perlu tiba2 memberi kejutan ngajak nonton, tiba2 beli baju, atau lain2. Sudah simpan saja. Kebutuhan operasional sehari2 lebih penting.

Sebagai perempuan.. wajar kalau sewaktu2 aku iri dengan pasangan lain yang jalan ke mall, sekali2 menonton bioskop. Iya wajar kan? Itu sebabnya.. gimana caranya agar supaya aku bisa bersama mu menonton bioskop. Menghitung semua pengeluaran.

3. Kamu bilan soal, "ceban"
bukan ini bukan soal ceban. Seperti tulisan pertama. Ini soal bagaimana seseorang menyikapi pasangan yang sedang merasa tidak tenang. Pertanyaannya.. kenapa setiap bicara masalah uang, kamu selalu marah dan balik menyalahkanku. Membalik seolah2 aku tidak ikhlas, seolah2 tidak tulus, seolah2 aku yang salah. Taukah kamu betapa semrawutnya aku sejak semalam ksrena persoalan itu. Kalau memang katamu, kamu mau mengembalikan, segera tenangkan aku sejak pertama aku diam. Bukan menyuruhku menerka2 basa basi ajakan jalanmu, ajakan ketemuan, ajakan bla bla bla ...
kenapa selalu marah dan balik menyalahkan?
jawabanmu tidak membuatku tenang. Justru membuatku harus balik menenangkanmu. Karena kamu bersikap seperti kamu orang paling tidak beruntung di dunia.



4. ....diputusin....
nah dari semua yang diungkapkan, endingnya diputusin.
Ya terserah persepsinya apa. Aku sudah berusaha sekuat aku. Aku bertahan sekuat yang bisa kulakukan. Tapi ketika aku rapuh, ku harap dapat jawaban memuaskan. Bukan malah diinjak, tidak dihargai, dibilang bla bla bla ...

5. Kamu bilang, menikah denganku memakan waktu


Cukuplah....
kita sama2 berusaha
hasilnya mungkin hanya segini
Berhenti adalah pilihan terbaik
Seperti yang kamu mau...
ya... kita selesai...
JENUH ....

Sabtu, 01 November 2014

Mungkin dia diciptakan dan dipersiapkan untuk seseorang yang sangat spesial. Berhari2, bertahun2 ia berdoa agar segera diberi pasangan, namun akhirnya kini ia melabuhkan doanya pada keikhlasan tangan Tuhan. Ia tak memaksa agar segera. Ia mulai menerima jalan yang ditentukan-Nya. Menunggu...

Dalam waktu menunggu ia tak sekedar berpangku tangan. Ia sadar, Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang baik. Jauh lebih baik dari yg ia harapkan akan terjadi. Ya faktanya ia diberi jalan lain. Ia menempuh bangku perkuliahan, lagi, untuk meninggikan kesarjanaannya. Ia tak puas hanya mendapat sarjana muda.

Iya yakin, semakin ia memperbaiki diri, maka akan semakin baik pula jodoh yg kelak akan datang. Jodoh yang ia selalu harapkan, jodoh yang selalu ia nantikan...

Semangat devi....
Ada kebaikan yang patut dicontoh dari sikapmu yang sering mudah menemukan keburukan pria (yang coba dekatimu)