Sabtu, 21 Februari 2015

tentang pradana dieva (danang)



Foto ini diambil tahun 2011 di pantai parangtritis, yogyakarta, dalam rangka fieldtrip kampus IPB jurusan komunikasi. Namanya prada dieva. Lebih sering dipanggil Danang. Saya dan danang lebih sering terlihat bersama sejak duduk di 1 praktikum yang sama pada semester 3. Hampir di semua mata kuliah kami menjadi 1 tim. 

Bagi saya danang adalah orang yang sangat dominan di setiap kesempatan. Dalam hal berkelompok, mengeluarkan ide, dan tugas2 lain di luar kampus. Saya ingat betul waktu menjadi timnya di festival budaya kampus. Disana saya benar2 melihat betapa danang mendominasi semua aspek dan detail. Ya karena pemilihan budaya banyuwangi yang merupakan idenya. Pemilihan banyuwangi bukan tanpa sebab. Daerah tersebut adalah kampung halaman danang. Pada saat itu kami setuju lantaran danang menegaskan bahwa ia kenal orang dalam yang memudahkan kami mendapat baju pengantin, perlengkapan tari, hingga makanan2nya.

Selama itu pula (bahkan hingga terakhir melihatnya) ia tidak pernah lepas menggenggam handphone. Saya paham, mungkin karena ia selalu berkomunikasi perihal job2 menyanyi yang kadang datang. Maklum, ia membiayai sendiri kuliahnya dan juga membantu adiknya sekolah. 

Saya sering meminta tolong untuk berangkat bersama kalau ada latihan menari banyuwangi. Kadang juga sering meminjam motornya untuk sekedar jalan2 berputar ke seluk beluk kota bogor. Begitu juga danang. Dia meminta saya untuk menemaninya belanja atau menemui ketua banyuwangi di depok. Jarak bogor dan depok memang tidak jauh. Tetapi karena menggunakan motor dan cuaca yang sangat panas, jarak tersebut terasa sungguh jauh. 

"Danang kemana ben? Biasanya sama danang". Kalimat itu sering muncul kalau ada kawan yang melihat sya tidak sedang bersamanya. Yaa.. Ntahlah.. Mungkin karena saking seringnya bersama. 

Tapi danang tidak pernah bercerita tentang bagaimana keluarganya. Bagaimana kisah hidupnya.. Bagaimana kisah cintanya. Semua seperti berjalan pada porsinya. Kami dekat bukan seperti sahabt tempat curhat. Bukan seperti buku diary yang bisa menuangkan keluh kesah. Kami dekat pada porsinya. Selama danang baik, saya juga pasti baik padanya. Menegurnya kalau dia salah, mengkritiknya kalau danang terlalu dominan. 

Kini danang sedang berjuang di salah satu ajang pencarian dangdut nasional. Saya lantas berdoa untuk keberhasilannya. Semoga semua perjuangannya tidak sia2. Berbuah kesuksesan seperti yang ia perjuangkan selama ini. Danang selalu hebat, saya tahu!

1 hal yang membuat saya patut berbangga
Saya mengenalnya bukan pada saat ia berdiri menyanyi di tv. Tapi saya mengenalnya pada saat ia bukan siapa2. Semoga danang tetap begitu, tetap bersahaja, tetap mengingat teman, tetap menjadi danang yang suka 'nyeplos' dan suka membantu. 

Jumat, 13 Februari 2015

menikah, bagaimana memulainya?

Menikah...
Hidup baru yang akan terasa aneh
Tidak lagi serumah dengan orang tua
Tidak bisa lagi sering betantem sama adik
Tidak bisa lagi bangun tidur siang
Tidak mungkin lagi memikirkan diri sendiri
Tidak perlu lagi pamit pada ortu untuk bisa pulang larut
Tidak boleh lagi meminta uang orang tua, harus mandiri
Harus terbiasa hidup berdua.. Menyatukan kebiasaan2 yang tidak diketahui sebelumnya.
Harus terbiasa menjadi istri dan mengurus rumah tangga. Seperti bersih2 rumah, cuci baju, setrika, hingga memasak.
Mulai mengatur pendapatan untuk keperluan2 primer. Bayar listrik, telpon, urusan dapur, cicilan rumah dll.

Lalu bagaimana memulainya?

Rabu, 11 Februari 2015

sehari jelang 23 - karir

Rabu 11 feb 2015
Sehari jelang 23 ....
Boleh sedikit flashback?

Soal karir:
Sejak usia belasan, gue lebih akrab dengan kegiatan berbau seni. Baik itu puisi, gambar, dan film. Di sana gue menemukan keasyikan. Gue bisa eksplore kesok tauan gue lewat tulisan puisi. Gue bisa jadi siapapun lewat peran2 di film jaman SMA. Gue bisa corat coret apa aja yang mau gue gambar. Bebas... Tanpa batas!

Semuanya berhenti pada satu titik saat gue kenal dunia jurnalis. Kuliah tingkat kedua tepatnya semester 3, gue akrab dengan jurnalistik (kecil2an). Thanks a lot untuk devi ana safitri yang ngerangkul gue join di koran lokal bogor bernama jurnal bogor. Meskipun hanya mengisi halaman mahasiswa yang terbitnya pun seminggu sekali (tiap hari kamis) tapi rasanya bangga ketika tulisan naik cetak. Bangga jadi bagian sebuah informasi bernilai jual.

Dari halaman kecil itu juga akhirnya mempertemukan gue dengan Mas Djaka. Dia adalah pimpinan redaksi koran seputar indonesia. Secara sengaja gue malayangkan email agar bisa magang di sindo demi memenuhi tahapan Tugas Akhir kampus. Demi lulus.. Demi toga.. Demi pulang bergelar A.Md (ahli madya).
Mas djaka menyambut positif lamaran gue. Akhirnya gue dan beberapa teman berhasil lolos magang di sindo. Pada saat itu, teman2 seangkatan lain hanya bisa tembus ke majalah2 lokal atau menjadi humas di instansi pemda bogor. Jadi terbayang betapa bangganya gue bisa lolos ke sindo.

Hari pertama disana gue baru sadar bahwa theory is a theory. "Lupakan buku. Lupakan dasar ilmu", kata mas djaka. Artinya apa? Karena pada prakteknya media massa manapun pasti punya kepentingan. Apalagi media massa besar sekelas sindo.

Pengalaman2 itu gue bawa setiap hari. Gue bermimpi untuk terus bisa berada di sindo. Penyandang predikat wartawan. Tapi ya .. Semua pupus karena gue hanya bergelas sarjana muda. Toga yg gue banggain ini gak mampu membuat gue tembus kesana.

Akhirnya setelah lulus gue mencoba peruntungan lain. Masih di koridor jurnalis. Sayangnya semua media besar nasional mengharuskan reporternya bertittle S1. Tentu.. Gue gak masuk kriteria itu. Rasanya kandas sekali.. Mengingat semua nilai jurnalistik gue dapet A.

Seketika gue banting stir. Gue coba ke bank. Kenapa bank? Sebuah alasan yg klasik.. Mungkin penghasilannya lebih manusiawi. Berkali2 mencoba ke bank2 besar, tapi masih juga gak lolos. Putus asa.. Mungkin gue gak jodoh jga kerja di bank. Sampe di titik dimana ciput, sahabat gue, nawarin kerja di bank B*n. Kami sama2 nganggur. Cuma nyoba peruntungan lamar disana. Gue pun gak berharap apa2. Ok gue coba and then.. Let's see!

 Pada saat itu udah memasuki bulan kedua setelah gue wisuda dan belom juga dapet kerja. Nyokap mulai cemas. Dia bilang, kerja jangan milih2. Tapi buat gue, kerja ya harus milih. Karena setengah sisa usia harus dihabiskan di dalam pekerjaan. Gue gak mau asal pilih. Itu pikiran gue saat itu.
Dengan tekun, tiap bangun tidur gue cek email masuk. Apakah ada lamaran kerja gue yg tembus?

Di tengah keputus asaan karena udah 4 bulan menganggur dan belum juga ada jawaban lamaran dari bank b*n, akhirnya
, jajang, sobat kuliah, menyarankan agar gue masuk ke perusahaan tempat dia kerja. Bidang jurnalistik tapi .. Infotainment. Ok gak apalah! Hajar!! Gue mulai pusing dan berat badan gue naik dari 49 jadi 52 kg. Akhirnya gue apply kesana. Dan langsung direspon baik.
Tanpa nunggu lama, seminggu stelah apply, gue dipanggil memenuhi wawancara kerja. Hari itu adalah jawaban wawancara gue paling jujur tapi naif. Salah satu jawaban yg gue lontarkan adalah "saya ingin berkarir dibidang yg saya jiwai. Tak peduli soal penghasilan".  Itu jawaban jujur.. Tapi naif!
Dan justru kenaifan itu membawa berkah. Mereka merespon sangat baik. Gue disuruh pulang dengan membawa angin segar.

Belum sampe di rumah....
Eng ing ennnng.....!!!
Bank B*n membalas apply gue. Gue diemail. Diminta datang ke sana untuk tes awal yaitu tes ilmu dasar perbankan. Dengan perasaan campur aduk gue pulang. Bersiap besok buat ikutan tes. Seminggu stelah tes, hasilnya gue lolos ke tahap psikotest. Lah .. Gue mulai jiper karena seumur2 lamar kerja, gue selalu KO di psikotes.

Esok harinya diperjalanan pulang lagi2 ada kabar. Dari kantor jurnalis itu. Mengabarkan kalo gue lolos kerja disana dan mulai masuk minggu depan. Ya salam ...... Trus gimana lah coba.
Ok akhirnya gue pilih kerja dulu di indigo. Gue ga yakin bakal lolos psikotes bank itu.

Hari pertama di indigo... Rasanya deg2an abis. Gue gatau mesti ngapain. Gak kenal siapa2. Cuma gue yg gak pake seragam. Ah bodo lah. Disana langsung kenal sama mba uci. Dia reporter senior indigo untuk acara sebuah nama sebuah cerita. Gue jadi partnernya. Acara Snsc bukan infotainment yg berisi gosip2. Kontennya lebih kpada hystory hidup si artis. Kisah cintanya, karir, anak, dll. Semua real tanpa adegan kejar2an sm artis atau nungguin statement artis di depan pager rumahnya. Enggak.. Kerjaan gue cuma nelponin artis, buat appointment, dan take report. Jadi intinya artis yg nyamperin gue! Haha..

Lagi asik mendalami kerjaan ini, email masuk itu mengubah idup gue. Ya.. Email balasan dari bank b*n. Tertulis bahwa gue salh satu peserta yg lolos ke tahap tes kesehtan. Kata orang tua, klo udh sampe tahap itu artinya besr kmungkinan untuk diterima. Gue sangat bingung pada saat itu. Di satu sisi gue nemuin ini dunia gue..
Tapi di sisi lain, pekerjaan lain ( pekerjaan idaman bokap) menanti. Dengan berat hati gue harus jujur sm mba uci. Gue harus coba ikut tes itu.

Katanya ,"aku gabisa kasih keputusan ben. Tapi yg jelaa ngomong aja sm mas eindy (produser) soal ini. Tp klo blom fix masuk atau gak, jangan jujur juga. Bilang aja kmu sakit".

Tibalah di hari dimana gue ikut tes. Selesai tes gue langsung ke indigo lagi. Gue ijin tapu ga bilang sakit. Gue cuma blg telat krna ada urusan. Pasrah gue saat itu .. Antara berat hati melepas dunia yg gue rasa gue banget. Atau memilih dunia baru.

Seminggu setelah tes kesehatan.. Ya gue lolos ke tahap wawancara akhir. Lagi2 gue harus ijin. Tapi kali ini gue rasa.. Gue harus jujur sm mas endi. Gue bicara apa adanya. Tapi jawabannya saklek meskipun terdengar santai. "Kamu yakin mau kerjaan yg cuma duduk diem dengerin keluhan orang? Aku aja jadi nasabah gamau lama2 di bank. Apalagi kamu yg seharian di kantor mlototin komputer. Bosen loh. Apa gak lebih enak disini? Kerjamu dinamis. Ketemu bnyak orang. Kamu tau bnyak hal?. Tapi semua kukembalikan sm kamu. Enaknya gimana".. (Kangen kata2 ini, kangen mas endi, kangen mba uci)..

Ya keputusan berat. Meskipun akhirnya mas endi ngijinin gue untuk datang sore setelah wawancara bank selesai, tapi gue rasa saat itu juga mas endi udah gak berharap bnyak sm gue. Dia terlihat kecewa. Juga jajang.. Temen yg rekomen gue untuk ngelamar ke indigo.

Tahp wawancara udah. Dan setelahnya emailpun masuk. Gue lolos... Gue berhasil ke tahap akhir, tahap penentu, yaitu pendidikan perbankan. Efektif pertanggal 12 oktober 2012 gue harus mulai pendidikan. Mau gamau, gue yg baru kerja di indigo selama 3 minggu harus resign.

Ya gue memilih untuk kerja di bank
Meninggalkan mimpi gue
Berhrap besar supaya dapet kehidupan lebih baik.

Hari itu gue resign...
Sangat sedih, hampir nangis..

Dan hari ini 11 feb 2015
Hampir 3 taun sudah berlalu
Kehidupan gue di sini terbilang datar
Malah gue ngerasa.. Cukup.
Sangat ingin resign dari sini.
Guee muak..

Meski demikian gue harus tetap bersyukur
:)

Selasa, 10 Februari 2015

untuk bapak..

Gue selalu bilang, jangan kritik tanpa solusi. Selalu seperti itu apalagi menyangkut mengomentari kinerja pemerintahan di masa Jokowi JK. Sebagai salah satu orang yang menuangkan suara untuknya, maka adalah sebuah kewajiban buat gue untuk mengkritik dan memberi sedikit solusi dari pemikiran gue yang cetek ini. 

Memang harus diakui, ekspektasi publik terhadap beliau memang luar biasa. Termasuk gue yang bahkan mengganggap dia adalah solusi di tengah pilihan presiden saat itu. Dan di tengah carut marut keadaan yang panas sperti ini, penting kiranya sebagai pemilih ikut berpartisipasi mengkritik (bukan mendzolimi) serta memberi sekedar solusi. 

Salah satu harapan besar gue adalah bisa mendengar keputusan2 yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibu mega. Ketua partai yang memberinya jalan luas untuk sampai ke posisi presiden. Kalimat gue ini sebenarnya kontras. Dan terkesan tidak simbiosis mutualisme. Karena Partai butuh sosok pengangkat kredibilitas partai. Dan seseorang butuh partai sebagai akses karpet merah meraih hati dan suara rakyat. 

Tapi keadaannya sudah bablas. Dia sudah terpilih. Saatnya bukan berandai2, "seandainya presiden P yang terpilih pasti bla bla bla.."
Dari jaman pemilu langsung, belum ada sejarahnya presiden bisa benar2 independen dalam memilih kabinet, bahkan dalam mengambil langkah taktis politik kenegaraan. Tidak .. Siapapun presidennya, tetap akan ada sandungan batu yang meminta jatah kepentingan (karena merasa membantunya menapaki kursi utama RI).

Gue sejujurnya sangat menaruh harapan padanya. Berharap bahwa setiap kerutan di kening dan lengan kemeja yang sering dilipat adalah bukti bahwa dia bekerja. Bukan berada dibayang partai.

 Lepaslah pak... Tegaslah pak.. Tutup telingamu dari kepentingan perut manusia2 peminta belas jasa. Palingkan matamu ke arah rakyat. Lihat betapa banjir selalu menggenang walau hujan hanya hadir 30 menit. Hentikan pembangunan mall2, buat tata ruang publik sebagai peresap air.
Lihat betapa papua sungguh kaya, belilah setengah saham freeport-nya. Agar kita menjadi tuan rumah yg sesungguhnya. 
Lihat betapa KPK kini dihujani badai. Tidakkah itu membuat kinerja mereka melamban krna harus berurusan dengan kepolisian untuj kasus2 yang terlihat 'diada2'? Turunlah.. Buat pernyataan pelega! 

Jangan tunduk pada wanita itu..
Tolong... :)

Sabtu, 07 Februari 2015

Ok ... cuma mau review aja nih
Kerja hampir 3 tahun. Selama itu juga waktu abis cuma u tuk kerja. Dari jam 5 subuh sampe jam 7 malem. Gelap ketemu gelap.
Itu konsekuensi, bukan hal yg dikeluhkan

Tapi sebagai cewe yang belum ada ikatan, kenapa gue gak bisa nyempetin waktu buat liburan? No.. gak usah keluar negeri. Keliling indonesia atau minimal kliling p.jawa.

Terakhir gue travelling adalah ke semarang. Setahun lalu.


Sebnernya bukannya gue gak bersyukur atas hidup
justru gue pengen jalan kesana kesini,tanpa mikir nanti biaya nikah gimana... nanti tabungan abis.. nanti ga ada uang darurat dll.

Pengen rasanya gue lepas pikiran kaya gitu. Dan mulai realisasiin perjalanan2 gue. Tapi.. dengan tidak meninggalkan pkerjaan. Ya gimana pun gue tetep butuh kerja sbagai media cari uang.

Lalu.. bolehkah gue alokasiin gaji gue untuk jalan2?

Kerja hampir 3 taun.. selama itu juga gue susah ngumpulin uang. Susah payaaaah !!! 3 taun kerja.. uang gue terbilang sangat dikit. Ya.. mungkin krna kbiasaan gue belanja. Tapi ... belanja apaan? Buktinya baju2 gue gak nambah2... itu2 ajaaa

celana2 gue sampe kekecilan. Jilbab2 gue ampe pada dekil. Merka semua stock lama. Termasuk sepatu!!

Jadi uang gue abis buat apa?


Mau jalan2...
tapidi satu sisi ada tuntutan nabung
(Ntah nabung buat kawin atau buat bli rumah)
mau belanja2...
tapi di sisi lain, ada hal lain yg mesti dibayar!

Naon ih .. naooooon !!!