Wanita mungil itu akhirnya berkata bahwa ia paham apa yang dulu saya rasakan. Dalam hati saya bilang, padahal saya tidak pernah berdoa bahwa kamu juga bakal merasakan ketidak nyamanan situasi seperti ini. Sebenarnya kamu jauh lebih baik, kisahmu tidak sedramatis kisah saya. Kisahmu hanya sebatas, kamu jatuh cinta pada pria yang katanya sudah memiliki kekasih lalu kalian kini bersama. Tidak heran kalau ada yang berfikir kamu merebutnya dari wanita lain.
Saya juga mengalami itu. Parahnya, saya alami itu diusia 18 tahun. Usia dimana jatuh cinta bisa pada siapapun. Sayang bisa hadir dimanapun. Berbunga2 pada pria menarik manapun. Cinta yang tak beralasan. Tak peduli siapa dia, tak hirau bagaimana pekerjaannya, acuh status pria tersebut. Dan seharusnya saya bisa merasakan bagaimana indahnya berbagi hidup bersama pacar dan sahabat. Dan betapa saya tidak beruntung. Kisah saya tidak semulus itu.
Berdiri di antara rasa jatuh cinta hebat dan rasa sayang pada sahabat.... tentu sangat sulit. Tapi ingatlah...
Kawan...
Setidaknya kita berani mencoba. Entah apapun kedepannya, kaki kita sudah maju selangkah. Pantang menarik kaki kembali. Karena hidup berjalan maju, bukan mundur ke masa lalu.
Kawan...
Akhirnya kau paham betapa sulitnya menjadiku kala itu. Segala tudingan2 itu masih terasa pahit. Tapi itulah resiko. Tidak menjadi dewasa kalau tidak berani ambil resiko.
Kawan...
Kita hanya punya 2 tangan. Tidak akan cukup untuk menutup semua omongan dari mulut2 mereka. Cukup tutup saja kupingmu. Ikuti hati dan tetaplah berjalan.
Saya juga mengalami itu. Parahnya, saya alami itu diusia 18 tahun. Usia dimana jatuh cinta bisa pada siapapun. Sayang bisa hadir dimanapun. Berbunga2 pada pria menarik manapun. Cinta yang tak beralasan. Tak peduli siapa dia, tak hirau bagaimana pekerjaannya, acuh status pria tersebut. Dan seharusnya saya bisa merasakan bagaimana indahnya berbagi hidup bersama pacar dan sahabat. Dan betapa saya tidak beruntung. Kisah saya tidak semulus itu.
Berdiri di antara rasa jatuh cinta hebat dan rasa sayang pada sahabat.... tentu sangat sulit. Tapi ingatlah...
Kawan...
Setidaknya kita berani mencoba. Entah apapun kedepannya, kaki kita sudah maju selangkah. Pantang menarik kaki kembali. Karena hidup berjalan maju, bukan mundur ke masa lalu.
Kawan...
Akhirnya kau paham betapa sulitnya menjadiku kala itu. Segala tudingan2 itu masih terasa pahit. Tapi itulah resiko. Tidak menjadi dewasa kalau tidak berani ambil resiko.
Kawan...
Kita hanya punya 2 tangan. Tidak akan cukup untuk menutup semua omongan dari mulut2 mereka. Cukup tutup saja kupingmu. Ikuti hati dan tetaplah berjalan.
