Rabu, 29 Juni 2016

Suara lirih ini berasal dari keheningan hati
Diam2 dalam doa ku berharap mimpi hanyalah mimpi.. namun tidak pagi itu.
Seperti kabut merasuk, aku pincang setelah ia pergi.
Doa menjadi mimpi.. mimpi menjadi pasti
Dan aku benci
Seperti awan yang lama2 mengasap kemudian punah. Lantas datang baru, berwarna putih atau justru awan hitam badai.
Ku pasrahkan saja. Ia sudah pasti pergi dan aku tak menahannya, tak perlu. Karena itu arti mimpiku.
Pada mimpi setelah istikharah...
Disana ia diam disisi kanan saat kaki ini menemukan simpang jalan. Hanya menoleh tanpa kata. Tak pula bersuara. Tak memintaku tetap tinggal, tak pula ia menghampiri atau sekedar memberi arah jalan pasti..

Dan aku benci


Tidak ada komentar:

Posting Komentar