Minggu, 07 April 2013

cinta, retorika dan racun pemusnah umat

paling tidak saya lega, segalanya sesuai dengan yang saya ucapkan. saya jaga hatimu hingga waktunya tiba. saya ikuti keinginanmu.. dan kini saya tak berkeinginan apapun.
palinng tidak, saya membuka jalanmu agar kau bisa berbakti pada orang tua. saya memang tidak ada apa-apanya dibanding wanita itu. kalah pintar, kalah menarik, kalah santun, dan kalah waktu..
paling tidak saya tak pernah berfikir untuk membeli baygon kemudian meminumnya seperti meminum minuman soda.

jalan kita sudah berbeda. tidak lagi punya satu visi dan misi yang sama. tujuan kita pun sudah tak saling menopang. bukan lagi perkara siapa yang akhirnya mundur. kini yang ada hanya bisa diilhami sebagai rangkaian cerita hidup. maknanya bisa dipikiran masing-masing. kita akan menemukan makna yang berbeda meski kita berada dalam cerita yang sama.

retorika-retorika cinta yang mungkin masih menggaung manja, perlahan akan berganti dengan kelemahan berkata, bertindak, berpikir. akhir kisah ini menjadikan cinta berada dalam posisi paling bawah di skala prioritasku. bahkan bukan lagi menjadi prioritas. aku muak dengan segala dengus-dengusnya. cinta hanyalah angin yang sesaat lalu pergi lagi. yang tertinggal cuma gersang dan entah kapan akan turun hujan lalu muncul pelangi.

kata orang setelah badai akan muncul pelangi, benarkah itu? tapi ini bukan hujan. ini gersang yang menanti datang riuhnya hujan. yang rindu dialiri rintikan air langit kepunyaan-Nya. walaupun aku membawa payung sekalipun, tetap saja gersang akan membuatku legam di dalamnya. hingga tiba waktunya hujan datang, payungku sudah mati guna. dan aku akan kehujanan sampai tiba berhentinya deras dan melahirkan lekungan pelangi.

ya... perjalanannya masih lama sekali. keburu kehabisan keringat untuk tetap melembapkan kulit
cinta..
muak
geli
usang
gerah
jijik
ya... demikianlah cinta di mataku, di mata seorang pesakitan, di mata seorang perempuan yang kehilangan hati dan akal untuk berbuat baik pada cinta.. retorika. cinta itu hanya retorika manja, yang kemudian berakhir sebagai "racun pemusnah umat".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar