obrolan kita berlanjut di sebuah kedai kopi di sekitar alun-alun
keraton. ketimbang kopi, aku lebih memilih untuk memesan secangkir hot coklat
sebagai penghangat yang tepat saat itu. “choco velve red”, coklat hangat itu
tiba di atas meja. tersaji cantik dengan warna coklat kemerahan. disebelahnya
juga tersaji hot cappuccino pesanannya. dengan gelas yang lebih tinggi, hot
cappuccino itu didampingi dua sachet gula.
aku memperhatikan bagaimana hot coklat dan hot cappuccino
tersebut. sebelum mereka sampai di meja saya, saya berpikir mungkin mereka
tidak saling mengenal sebelumnya. berada di dapur yang sama namun di toples
yang berbeda. tidak terpikir pada akhirnya mereka bisa disajikan bersama-sama
dan bertemu di meja yang juga sama, meja milik saya. akhirnya …perlahan, mereka
habis bersama-sama
benang merah yang saya tangkap adalah
seandainya kita seperti mereka. kita tidak saling mengenal
sebelumnya. berkhayal untuk dipertemukan pun, tentu tidak. kita bertemu di satu
hotel yang sama namun berbeda instansi. hingga kita tersaji dalam satu situasi
yang akhirnya mendekatkan kita, bersama-sama. namun sayangnya, kita tidak
mempunyai ending semanis akhir cerita choco velve red dan hot cappuccino itu.
jika mereka datang bersama-sama dan habis bersamaan, tidak dengan kita. kita
tidak bisa menghabiskan kisah kita bersama-sama.
kamu… dengan dia
aku… dengan hanya aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar